Pelestarian Budaya Indonesia, Seberapa Pentingkah?




Pelestarian Budaya Indonesia, Seberapa Pentingkah?


Sumber : http://nyontekdulu.blogspot.co.id


               Jika kita mendengar kata budaya, apa yang terlintas di pikiran kita? Unik? Tradisional? Atau pelestarian? Mungkin kita akan berpendapat bahwa  budaya adalah suatu hal yang berbau tradisional namun unik dan perlu kita lestarikan agar tidak punah. Namun pernahkah anda membayangkan bagaimana jadinya suatu negara_anggap saja Indonesia_jika budaya yang dimilikinya sudah punah? Atau sudahkah anda menyadari seberapa penting pelestarian budaya bagi masa depan negeri tercinta kita ini? Atau adakah dampak buruk bagi Indonesia jika budayanya dikenal atau diketahui banyak masyarakat dari belahan dunia? Sekarang, mari kita ulas jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
               Budaya adalah ciri khas sekaligus identitas negara. Misal, wayang kulit yang sudah diakui UNESCO sebagai budaya Indonesia. Jadi, jika masyarat luar negeri mendengar kata wayang, yang akan akan terlintas di pikiran mereka adalah Indonesia karena negara yang memiliki wayang hanyalah Indonesia. Itulah sebabnya budaya bisa disebut sebagai identitas negara.
               Budaya juga dapat disebut sebagai aset negara. Mengapa demikian? Karena pada dasarnya budaya dapat dikomersialisasi atau dapat diperjualbelikan atau dijadikan sebagai bisnis yang menguntungkan. Sebelum saya menjelaskan lebih lanjut mengenai komersialisasi budaya, mari loncat sedikit ke penjabaran saya sebelumnya. Jika turis domestik tertarik terhadap budaya lokal Indonesia seperti ingin mempelajari wayang, misal, otomatis mereka pun akan datang mengunjungi negara kita. Pertama, devisa negara meningkat karena mereka secara tidak langsung turut membayar pajak ke negara kita melalui tiket pesawat. Lalu mereka mendapati tempat – tempat layaknya surga dunia di bumi pertiwi ini, mereka lalu mendatangi tempat – tempat tersebut, menyewa hotel dan berlibur. Devisa negara meningkat lagi. Lalu mereka melihat begitu unik keragaman budaya Indonesia yang beberapa diantaranya dikemas dalam bentuk souvenir. Misal seni ukir berbentuk Burung Cendrawasih yang disulap dalam gantungan kunci khas Papua. Para turis lalu membelinya, mereka puas dan para pengrajin gantungan kunci berbentuk Burung Cendrawasih tadi pun senang lantaran mendapat uang dari keterampilannya. Para pengrajin seni ukir menjadi kaya dan mereka rutin membayar pajak ke negara. Lagi, devisa negara meningkat dan telah terjadi simbiosis mutualisme. Mungkin anda berpikir mengapa lagi – lagi kita membicarakan devisa negara? Nah, lho, bukankah pendapatan utama negara berasal dari devisa negara?
               Oke, jika anda sudah mulai mengerti alur budaya sebagai aset negara, saya akan melanjutkan pembahasan tentang komersialisasi budaya yang tadi sempat tertunda. Begitu luas kontext komersialisasi budaya yang sesungguhnya. Jadi saya akan menyingkatnya. Intinya, jika anda mendapat suatu keuntungan dari suatu hal yang disebut budaya, entah dengan menyewakan atau memperjualbelikannya, maka itu sudah dapat disebut komersialisasi. Jika anda memiliki sanggar tari tradisional dan mendapat penghasilan dari upah anak didik anda yang rutin membayar les tari kepada anda, itupun juga juga dapat disebut komersialisasi budaya. Dewasa ini, banyak designer muda yang karyanya go international lantaran gaun yang mereka rancang bermotif batik dan bahkan dikenakan oleh artis - artis Hoollywood. Sisi positifnya, budaya Indonesia akan lebih terkenal, lebih memiliki nilai jual yang tinggi di kancah internasional, lebih prestisius lah istilah kerennya. Sehingga orang akan kagum kepada Indonesia. Sisi negatifnya, akan saya berikan analogi; jika anda memiliki berlian yang anda kenakan kemanapun dan kapanpun sementara orang lain tak memiliki berlian tersebut, mereka pasti akan iri, dan parahnya akan berusaha mencuri berlian tersebut dari anda. Nah, berlian tersebut ibarat budaya Indonesia, yang semakin anda perkenalkan ke dunia luar, orang akan berusaha merebutnya. Tengok saja negara tetangga yang mengklaim batik dan kuda lumping adalah budaya dari negara mereka. Jika diamati, peminat budaya kita ini sungguh banyak. Namun, apakah masyarakat lokal juga termasuk peminat? Atau jangan – jangan kami masyarakat lokal sebenarnya tidak betul - betul mencintai budaya kami sendiri melainkan hanya mengeksploitasi budaya untuk kepentingan pribadi seperti uang? Sungguh miris. Bayangkan, bagaimana jika yang mencintai budaya Indonesia justru turis domestik yang bukan bagian dari Indonesia. bagimana jika budaya Indonesia terlalu digembor-gemborkan ke kancah internasional? Lama-kelamaan, budaya Indonesia tidak lagi menarik, karena seluruh dunia sudah tau. Turis-turis tidak mau lagi datang ke Indonesia untuk mempelajari budaya karena mereka pun bisa mempelajarinya di negara mereka sendiri. Budaya indonesia sudah kehilangan nilai orisinilnya karena masyarakat luar akan mencampur-adukkan budaya Indonesia dengan budaya dari negara mereka sendiri. Kami warga Indonesia yang terlambat menyadari dan memang tidak pernah  menghargai ataupun mencintai budaya kami sendiri, tak bisa berbuat apa-apa.
               Itulah mengapa pelestarian budaya begitu penting bagi masa depan Indonesia. Ditengah gencarnya perkenalan budaya ke kancah internasional, disitulah ancaman sesungguhnya juga menghadang Indonesia. Jika kita tak mempersiapkan diri, bukan hanya soal budaya yang akan hilang, mungkin juga nama Indonesia perlahan sirna. Oleh karena itu, mari kenalilah budaya Indonesia, maka kita akan mencintainya. Jaga pertahankan budaya karena budaya pun turut diperjuangkan oleh para pahlawan kita. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya?


Referensi by : STIKI Malang   &    SSC STIKI

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.