Pelestarian Budaya Indonesia, Seberapa Pentingkah?
Jika kita
mendengar kata budaya, apa yang terlintas di pikiran kita? Unik? Tradisional?
Atau pelestarian? Mungkin kita akan berpendapat bahwa budaya adalah suatu hal yang berbau
tradisional namun unik dan perlu kita lestarikan agar tidak punah. Namun
pernahkah anda membayangkan bagaimana jadinya suatu negara_anggap saja
Indonesia_jika budaya yang dimilikinya sudah punah? Atau sudahkah anda
menyadari seberapa penting pelestarian budaya bagi masa depan negeri tercinta
kita ini? Atau adakah dampak buruk bagi Indonesia jika budayanya dikenal atau
diketahui banyak masyarakat dari belahan dunia? Sekarang, mari kita ulas
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Budaya
adalah ciri khas sekaligus identitas negara. Misal, wayang kulit yang sudah
diakui UNESCO sebagai budaya Indonesia. Jadi, jika masyarat luar negeri
mendengar kata wayang, yang akan akan terlintas di pikiran mereka adalah
Indonesia karena negara yang memiliki wayang hanyalah Indonesia. Itulah
sebabnya budaya bisa disebut sebagai identitas negara.
Budaya
juga dapat disebut sebagai aset negara. Mengapa demikian? Karena pada dasarnya
budaya dapat dikomersialisasi atau dapat diperjualbelikan atau dijadikan
sebagai bisnis yang menguntungkan. Sebelum saya menjelaskan lebih lanjut
mengenai komersialisasi budaya, mari loncat sedikit ke penjabaran saya
sebelumnya. Jika turis domestik tertarik terhadap budaya lokal Indonesia
seperti ingin mempelajari wayang, misal, otomatis mereka pun akan datang mengunjungi
negara kita. Pertama, devisa negara meningkat karena mereka secara tidak
langsung turut membayar pajak ke negara kita melalui tiket pesawat. Lalu mereka
mendapati tempat – tempat layaknya surga dunia di bumi pertiwi ini, mereka lalu
mendatangi tempat – tempat tersebut, menyewa hotel dan berlibur. Devisa negara
meningkat lagi. Lalu mereka melihat begitu unik keragaman budaya Indonesia yang
beberapa diantaranya dikemas dalam bentuk souvenir. Misal seni ukir berbentuk
Burung Cendrawasih yang disulap dalam gantungan kunci khas Papua. Para turis
lalu membelinya, mereka puas dan para pengrajin gantungan kunci berbentuk
Burung Cendrawasih tadi pun senang lantaran mendapat uang dari keterampilannya.
Para pengrajin seni ukir menjadi kaya dan mereka rutin membayar pajak ke
negara. Lagi, devisa negara meningkat dan telah terjadi simbiosis mutualisme.
Mungkin anda berpikir mengapa lagi – lagi kita membicarakan devisa negara? Nah,
lho, bukankah pendapatan utama negara berasal dari devisa negara?
Oke,
jika anda sudah mulai mengerti alur budaya sebagai aset negara, saya akan
melanjutkan pembahasan tentang komersialisasi budaya yang tadi sempat tertunda.
Begitu luas kontext komersialisasi budaya yang sesungguhnya. Jadi saya akan
menyingkatnya. Intinya, jika anda mendapat suatu keuntungan dari suatu hal yang
disebut budaya, entah dengan menyewakan atau memperjualbelikannya, maka itu
sudah dapat disebut komersialisasi. Jika anda memiliki sanggar tari tradisional
dan mendapat penghasilan dari upah anak didik anda yang rutin membayar les tari
kepada anda, itupun juga juga dapat disebut komersialisasi budaya. Dewasa ini,
banyak designer muda yang karyanya go
international lantaran gaun yang mereka rancang bermotif batik dan bahkan
dikenakan oleh artis - artis Hoollywood. Sisi positifnya, budaya Indonesia akan
lebih terkenal, lebih memiliki nilai jual yang tinggi di kancah internasional,
lebih prestisius lah istilah kerennya. Sehingga orang akan kagum
kepada Indonesia. Sisi negatifnya, akan saya berikan analogi; jika anda
memiliki berlian yang anda kenakan kemanapun dan kapanpun sementara orang lain
tak memiliki berlian tersebut, mereka pasti akan iri, dan parahnya akan
berusaha mencuri berlian tersebut dari anda. Nah, berlian tersebut ibarat
budaya Indonesia, yang semakin anda perkenalkan ke dunia luar, orang akan
berusaha merebutnya. Tengok saja negara tetangga yang mengklaim batik dan kuda
lumping adalah budaya dari negara mereka. Jika diamati, peminat budaya kita ini
sungguh banyak. Namun, apakah masyarakat lokal juga termasuk peminat? Atau
jangan – jangan kami masyarakat lokal sebenarnya tidak betul - betul mencintai
budaya kami sendiri melainkan hanya mengeksploitasi budaya untuk kepentingan
pribadi seperti uang? Sungguh miris. Bayangkan, bagaimana jika yang mencintai
budaya Indonesia justru turis domestik yang bukan bagian dari Indonesia.
bagimana jika budaya Indonesia terlalu digembor-gemborkan ke kancah
internasional? Lama-kelamaan, budaya Indonesia tidak lagi menarik, karena
seluruh dunia sudah tau. Turis-turis tidak mau lagi datang ke Indonesia untuk
mempelajari budaya karena mereka pun bisa mempelajarinya di negara mereka
sendiri. Budaya indonesia sudah kehilangan nilai orisinilnya karena masyarakat
luar akan mencampur-adukkan budaya Indonesia dengan budaya dari negara mereka
sendiri. Kami warga Indonesia yang terlambat menyadari dan memang tidak
pernah menghargai ataupun mencintai
budaya kami sendiri, tak bisa berbuat apa-apa.
Itulah
mengapa pelestarian budaya begitu penting bagi masa depan Indonesia. Ditengah
gencarnya perkenalan budaya ke kancah internasional, disitulah ancaman
sesungguhnya juga menghadang Indonesia. Jika kita tak mempersiapkan diri, bukan
hanya soal budaya yang akan hilang, mungkin juga nama Indonesia perlahan sirna.
Oleh karena itu, mari kenalilah budaya Indonesia, maka kita akan mencintainya.
Jaga pertahankan budaya karena budaya pun turut diperjuangkan oleh para
pahlawan kita. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
pahlawannya?
Referensi by : STIKI Malang & SSC STIKI
Referensi by : STIKI Malang & SSC STIKI
Tidak ada komentar: